Kuliah Umum Dr. Bunyamin Yafid di IAI DDI Sidrap: Ekoteologi Jadi Poros Spiritualitas dan Lingkungan
- account_circle Iful -
- calendar_month Sabtu, 19 Jul 2025
- visibility 213
- comment 0 komentar

SIDRAP, KBK -– Dalam kuliah umum bertema “Penguatan Ekoteologi sebagai Program Prioritas Kementerian Agama RI”, Tenaga Ahli Menteri Agama RI, Dr. H. Bunyamin Yafid, Lc., M.H., menyampaikan pesan kuat tentang pentingnya harmoni antara iman dan lingkungan. Kegiatan ini berlangsung di Aula IAI DDI Sidenreng Rappang (Sidrap), Sabtu, 19 Juli 2025, dan dihadiri civitas akademika serta tokoh masyarakat setempat.
Dalam pemaparannya, Dr. Bunyamin menekankan bahwa ekoteologi bukan sekadar konsep teoretis, melainkan panggilan moral dan spiritual yang harus dihayati umat beragama. Ia menyandingkan filsafat eksistensi dengan prinsip keimanan, menyoroti bagaimana hubungan manusia, alam, dan Tuhan merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan.

“Para filsuf sejak era Yunani telah memikirkan keberadaan alam dan manusia. Pertanyaan tentang ‘yang ada’ (al-mawjud) dan eksistensi bukan sekadar akademik, tapi menyentuh inti kehidupan,” ujarnya, sembari menampilkan materi tentang filsafat wujud.
Lebih jauh, ia menekankan bahwa dalam perspektif Islam, menjaga kelestarian alam adalah bentuk ibadah.
“Agama harus menjadi kekuatan moral untuk bersahabat dengan alam. Bukan sekadar menjaganya, tapi merawatnya dengan hati. Alam adalah amanah, bukan objek eksploitasi,” tegas Dr. Bunyamin.
Ia mengajak mahasiswa IAI DDI Sidrap menjadi garda depan dalam menyuarakan nilai-nilai ekoteologi Islam, tidak hanya di ruang kelas, tetapi juga di tengah masyarakat. Menurutnya, perubahan cara pandang terhadap alam adalah fondasi penting menuju masa depan yang berkelanjutan.
“Bersahabat dengan alam berarti hidup dengan keseimbangan: tidak rakus, tidak merusak, dan menyadari bahwa bumi ini adalah titipan bagi generasi selanjutnya,” tuturnya.
Kuliah umum ini menjadi momentum penting dalam mengintegrasikan nilai-nilai spiritual dengan kesadaran ekologis. Jika agama mampu menyentuh aspek ekologi secara mendalam, maka masyarakat yang lahir darinya bukan hanya beriman, tetapi juga mencintai dan menjaga bumi.(GnD)
- Penulis: Iful -

Saat ini belum ada komentar