Iuran Rp1 Juta di Mogan Food Court Diprotes Pedagang, Pengelola Janji Evaluasi Bulanan
- account_circle Iful -
- calendar_month Rabu, 9 Jul 2025
- visibility 189
- comment 0 komentar

SIDRAP, KBK— Kebijakan iuran bulanan sebesar Rp1 juta yang diterapkan di kawasan Mogan Food Court, pelataran Monumen Ganggawa Sidrap (Pangker), menuai protes dari salah satu pedagang. Pedagang tersebut mengeluhkan ketidakadilan sistem iuran yang dianggap tidak memperhatikan perbedaan lokasi dan potensi penghasilan setiap tenant.
“Jelas berat bagi kami yang berada jauh dari panggung hiburan. Penghasilan kami tidak sebanding dengan pedagang yang dekat dengan keramaian,” ujarnya, Rabu (9/7/2025).
Menurutnya, pemberlakuan tarif yang seragam tidak mencerminkan keadilan, karena lokasi strategis sangat berpengaruh terhadap omzet harian.
Menanggapi hal tersebut, Pengelola Mogan Food Court, Andi Erwin, menjelaskan bahwa besaran iuran telah disepakati melalui musyawarah bersama pedagang. Ia menegaskan bahwa angka Rp1 juta sudah mencakup banyak fasilitas dan layanan, seperti hiburan live music, kebersihan, keamanan, hingga kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).
“Kalau dihitung, biaya untuk live music saja mencapai Rp24 juta per bulan. Setiap minggu kami hadirkan empat kali pertunjukan, dengan biaya Rp1,5 juta per penampilan. Belum termasuk layanan kebersihan, keamanan, dan kontribusi PAD. Jadi iuran itu sudah mencakup semuanya,” ungkapnya.
Ia juga menyebutkan bahwa dari total 40 pedagang yang aktif berjualan, hanya satu orang yang mengajukan keberatan terhadap besaran iuran tersebut. Meski demikian, pihak pengelola menyatakan terbuka untuk mengevaluasi iuran secara berkala.
“Prinsip kami tidak ingin memberatkan pedagang. Evaluasi akan dilakukan setiap bulan. Kita ingin semua pedagang bisa berkembang, merasa nyaman, dan menikmati fasilitas yang kami sediakan,” tambah Andi Erwin.
Persoalan ini mencerminkan pentingnya keseimbangan antara pelayanan yang diberikan pengelola dan daya dukung ekonomi para pelaku UMKM di pusat kuliner tersebut. Dialog yang terbuka dan berkelanjutan menjadi kunci dalam menciptakan ekosistem usaha yang sehat dan berkeadilan. (GnD)
- Penulis: Iful -

Saat ini belum ada komentar