“Tangisan dari Kardus Teh: Haru Penemuan Bayi di BTN Pucue, Sidrap” “Di antara embun pagi dan kardus bekas, Tuhan menitipkan kehidupan baru.”
- account_circle Iful -
- calendar_month Sabtu, 1 Nov 2025
- visibility 142
- comment 0 komentar

SIDRAP, KBK — Pagi di BTN Pucue, Kelurahan Lawawoi, Kecamatan Watang Pulu, biasanya berjalan tenang. Embun masih menempel di ujung daun, burung-burung berkicau dari sela genting, dan warga lanjut usia terlihat berolahraga ringan di sekitar lapangan. Namun, pagi Sabtu (1/11/2025) itu berbeda. Ketenangan berubah menjadi haru ketika sebuah tangisan kecil dari dalam kardus bekas memecah sepi.
Sekitar pukul 06.30 WITA, dua sahabat lama, Labuare (68), purnawirawan TNI, dan Usman (71), pensiunan pegawai, tengah jogging seperti biasa. Mereka melewati area Posyandu Asoka 4 ketika tiba-tiba terdengar suara lirih — tangisan bayi. Awalnya samar, seolah terbawa angin. Tapi semakin didekati, suara itu menjadi nyata, menyayat hati.
Dengan langkah hati-hati, mereka menelusuri sumber suara. Di pojok teras posyandu, di antara tumpukan kardus dan seng bekas, mereka menemukan sebuah kardus bertuliskan “Teh Pucuk”. Ketika kardus itu dibuka, dunia seolah berhenti sesaat — di dalamnya, terbaring bayi mungil berjenis kelamin laki-laki, dibungkus jilbab hitam, beralaskan sarung coklat, dan ditutup lembaran seng seadanya.
“Masih ada ari-arinya, Kak… Saya gemetar, tidak bisa bicara,” ucap Labuare dengan suara parau, matanya berkaca-kaca mengenang kejadian itu.
Tanpa menunggu lama, keduanya segera menghubungi Polsek Watang Pulu. Tak lama, petugas datang bersama bidan kelurahan, Fitriani, untuk mengevakuasi sang bayi menuju Puskesmas Lawawoi. Di ruang bersalin, dua bidan jaga, Salasiah dan Ida Damayanti, langsung memberikan pertolongan pertama.
Meski ditemukan dalam kondisi yang memilukan, bayi itu ternyata sehat. Berat badannya 3,3 kilogram, panjang 49 sentimeter, dengan lingkar kepala 35 sentimeter. “Tangisnya keras sekali, tanda kuat. Alhamdulillah, dia bayi sehat,” ujar bidan Salasiah sambil mengusap kepala mungil bayi itu dengan lembut.
Kini, bayi yang sempat tergeletak di dalam kardus teh itu dirawat dengan penuh kasih di ruang bersalin Puskesmas Lawawoi. Nantinya, ia akan diserahkan ke Dinas Sosial Kabupaten Sidrap untuk mendapatkan perlindungan dan pengasuhan yang layak.
Sementara itu, Tim Inavis Polres Sidrap telah melakukan olah tempat kejadian perkara dan mengamankan sejumlah barang bukti. Penyelidikan tengah dilakukan untuk mengungkap siapa orang tua yang tega meninggalkan darah dagingnya sendiri di tengah dinginnya pagi.
Di BTN Pucue, kabar penemuan bayi itu menyebar cepat. Banyak warga datang sekadar menengok, sebagian membawa pakaian bayi dan susu formula. “Kasihan… semoga Tuhan ampuni orang tuanya, dan jaga bayi ini,” ucap seorang ibu dengan mata berkaca-kaca.
Kini, warga sekitar menyebutnya “Bayi dari Kardus Teh” — sebuah nama sederhana namun sarat makna. Di tengah kerasnya hidup, tangisan bayi itu menjadi suara yang membangunkan nurani banyak orang. Di antara kardus bekas dan seng karatan, kehidupan baru itu lahir — menjadi pengingat bahwa kasih sayang sejati tidak boleh dibuang, seberapapun beratnya hidup.
- Penulis: Iful -

Saat ini belum ada komentar